Ada Apa Dengan Umat Islam di Indonesia???

Umat Islam Indonesia yang jumlahnya 85 persen, itu sebenarnya yang Islamnya benar-benar paling banter hanya 5 persen saja, lainnya sekitar 50 persen adalah Islam Jawa alias abangan atau Islam Penghayat” (Sartono Kartodirjo, sejarawan)

Mendadak saya tercenung membaca pendapat di atas. Bukan karena terkejut atau apa. Hanya saja, saya baru saja menemukan insight dan jawaban baru untuk pertanyaan klasik “ada apa dengan umat islam di Indonesia?”.

Berbagai masalah,kemiskinan, propaganda, konflik horizontal, aliran sesat dan berjuta kasus lainnya, menjadi makanan sehari-hari negeri ini, dengan umat islam sebagai pelaku utamanya.

Ironis, seringkali konflik beradu di antara pihak yang sama-sama menamakan dirinya sebagai muslim.

Satu nama, namun beragam warna pakaian, dan berjuta pemahaman. Kadang, sulit untuk dipercaya, perempuan ber-rok mini, dengan rambut sambungan, berpakaian tipis, ber make up tebal itu, di saat yang lain ikut diberitakan hendak berangkat umroh. Oh, muslimah?

Laki-laki bertato, berkalung emas, yang akrab dengan alcohol dan gemar main perempuan itu ternyata beridentitas islam di KTPnya. Oh, muslim?

Lalu pria bersurban, dan mengaku kyai itu, satu ketika bercerita di media, baru saja menemui dukun-nya untuk meramalkan masa depan popularitasnya. Pada saat yang lain malah pergi ke kuburan buat cari kekayaan.

Bahkan, tidak cukup permasalahan bermunculannya nabi-nabi gadungan dan syariat-syariat palsu, berjuta kesesatan telah rata menyebar, mengakar, dan mendarah daging. Tidak mudah tentunya mencerabuti hingga akar-akarnya. Kalau saja hal itu adalah mustahil bin impossible, tentunya setiap da’I akan berhenti di situ saja. Namun, kesuksesan Rasulullah Muhammad sholallohu’alaihi wassalam dalam menyelamatkan sebuah masyarakat jahiliyah, tentu memberi inspirasi sekaligus motivasi tersendiri.

Jelas, menilik pada kasus ahmadiyah, tentu itu bukan hal baru lagi pada sejarah umat ini. Di masa khulafaur rasyidin pun, nabi-nabi palsu telah bermunculan. Akan tetapi, tidak hendak menutup mata, malah, jika semakin kita lebarkan lagi pandangan kita, ajaran-ajaran kesesatan banyak sekali berhembus menyerang dari kiri-kanan, depan-belakang, berusaha menghapus kelurusan aqidah yang telah disampaikan para nabi.

Tidak hanya kasus nabi palsu, namun juga praktik dukun, ramalan, tahyul, klenik, dan kesyirikan-kesyirikan lainnya bertumbuh subur dalam kehidupan muslim negeri ini.

Sehari-hari, iklan sms ramalan mama Louren, Dedy Corbuzier, Ki Joko Bodo, menghiasi layar kaca kita.

Belum lagi berita-berita propaganda, pemutarbalikan fakta, dan perang pemikiran, disuntikkan dalam setiap tayangan dan bacaan di media.

Konyol, ucapan Ferry Irawan yang mengatakan filmnya bernilai edukasi, agar setiap orang yang menontonnya menjauhi zina, sedangkan jelas-jelas, bukan sekedar masalah judul, namun film berjudul “ML” yang ia produseri itu jelas-jelas banyak menanyangkan adegan-adegan mesum. Ferry juga banyak artis yang terlibat di dalam film ‘mesum’ itu (pun) mengaku muslim.

Dalam hal yang lain, Dian Sastro dan teman-temannya, berbondong ke DPR dan meminta LSF (Lembaga Sensor Film) dibubarkan, dengan beralasan adanya LSF telah memasung kreativitas para seniman film, seolah buta dengan kasus-kasus perkosaan yang dilakukan kakek-kakek pada gadis di bawah umur setelah menonton film tertentu, atau kasus seorang anak yang telah menghabisi nyawa teman bermainnya gara-gara mengikuti adegan smackdown di layar kaca, juga berjuta kasus lainnya. Dian pun seorang muslimah, tepatnya seorang muallaf.

Bukan bermaksud sok suci. Mencari mana yang benar, saya teringat pelajaran yang saya dapatkan saat mengikuti kuliah aqidah di ma’had dulu. Adalah ustadz Mudzoffar Lc., saya ingat betul, menggambarkan 2 buah lingkaran, satu kecil berada di dalam, dan satu besar berada di luar nya. Beliau berkata, “secara umum, umat islam adalah di dalam lingkaran besar ini, ada banyak sekali kelompok, dengan berbagai pemahaman di dalamnya. Kalau kita sering mendengar istilah firqoh, maka yang dimaksud firqoh adalah kelompok yang menyimpang dari alqur an dan sunnah. Dan ini banyak sekali jumlahnya. Akan tetapi, penyimpangan firqoh-firqoh ini belum sampai membuat mereka keluar dari islam, ia masih berada di dalam lingkaran besar ini. Sedangkan kelompok yang lurus dan benar adalah kelompok yang sedikit yang berada di dalam lingkaran kecil (di tengah lingkaran besar). Ia adalah Ahli sunnah. Dan ahli sunnah bukan klaim jamaah atau kelompok tertentu saja, akan tetapi untuk setiap yang berpedoman kuat pada Al quran dan As sunnah. Jika suatu kelompok berada di luar lingkaran kecil, ia berada pada penyimpangan namun belum keluar dari islam, dan jika suatu kelompok telah berada di luar lingkaran besar maka ia telah berada di luar islam.”

<!– @page { size: 8.5in 11in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } –>

Pada kasus Ahmadiyah, kata beliau, “berdasarkan pemahamannya (dengan menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, dengan syariat-syariat –sekaligus- kitab baru nya), jelas ia berada diluar lingkaran besar islam.” Artinya ia bukan Islam, melainkan agama baru di luar Islam. Begitu pula dengan aliran-aliran semacam qiyadah al islamiyyah ataupun jamaahnya Lia Eden.

Sedangkan posisi firqoh-firqoh sesat, macam mu’tazilah, khawarij, ataupun syiah… mereka menyebar di luar lingkaran kecil, di wilayah lingakaran besar hingga bergerumbul pada garis lingkaran luar. Artinya, nyaris -bahkan sebagian telah- keluar dari lingkaran Islam. Na’udzubillahi mindzaalik.

Lalu, bagaimanakah realitas kebanyakan umat Islam di negeri ini???

Bergerumbul di posisi manakah kebanyakan kita? Di dalam lingkaran kecil, di luarnya, di pinggir, di tengah, pada garis-garis pembatas, atau bahkan telah jauh berada di luar lingkaran.

Maklum, seringkali setiap diri tidak menyadari, bahkan berlomba mengklaim dirinya penghuni lingkaran tengah.

Astaghfirullah….

Tidak heran, jika kemudian penerapan syariat menjadi sulit ditegakkan. Bukan, seringkali bukan dari kalangan non muslim kendala ini terjadi, akan tetap dari orang-orang yang notabene juga mengaku muslim. Sebut saja undang-undang pornografi. Bahkan untuk menolak tayangan-tayangan ma’shiyat di televisi pun, serasa memindahkan bumi dari wilayah orbitnya dengan tangan kosong, alias susah… super-super susah…

Kita lihat Pemilu depan, jika suara terbanyak umat islam masih berpihak pada kelompok-kelompok ‘anti –syariat- islam’, hal ini cukup jadi indikator, betapa kebanyakan kita tersebar pada wilayah di luar lingkaran kecil hingga keluar dari lingkaran besar…

Telah menjadi kewajiban kita untuk banyak belajar Islam yang lurus dan benar. Telah menjadi kewajiban pula untuk menyeru manusia kepada Allah, bil hikmah…. wa maudlotil hasanah…

Ya Allah…. Ihdinashshiraatal mustaqiim….

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (islam), sesuai fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

Dengan kembali bertaubat kepadaNya dan bertakwalah kepadaNya serta laksanakan salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mepersekutukan Allah,

Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.”

(QS. Ar rum: 30-32)

3 pemikiran pada “Ada Apa Dengan Umat Islam di Indonesia???

  1. (izin komen lagi)..
    kemaren malam, ust. Mudzoffar, Lc ngisi pengajian keluarga mahasiswa Indonesia di King Saud University (KAMISA). insyaAllah akan segera saya posting di blog materi kajiannya.
    salah satu hikmah yang bisa dibagi dari pertemuan semalam:
    ‘berdoalah kepada Allah agar dimudahkan untuk berbuat kebaikan’

  2. wah meniko sinten nggih…
    apa muridnya ustadz mudhoffar Lc. juga???
    wah kita seperguruan berarti.
    mau posting materi kajiannya beliau di blog mana?
    saya mau alamatnya. sudah lama nggak ngaji sama beliau…

  3. Ping balik: Ada Apa Dengan Umat Islam di Indonesia??? « SGH TUNAS CENDEKIA

Tinggalkan komentar