Komitmen dan Komunitas

dawahSeorang teman mengeluhkan kesulitannya untuk menghafal al quran. Baginya, seolah menghafal quran begitu berat dan tidak mungkin ia mampu lakukan. Sama seperti saya sebenarnya, apalagi kalo pas lagi banyak ma’siyat dan futur, bawaannya malees terus. Teman saya yang lain lagi, yang hafalannya sudah lebih banyak dari saya mengeluh juga, karena kini untuk menambah hafalannya ia merasa kesulitan tak seperti dulu. Teman saya yang kedua ini, sebelumnya pernah tinggal di ma’had dan sekarang tidak lagi.

Kepada mereka yang sempat mengeluh atau mengungkapkan rasa pesimisnya pada saya, saya katakan, “sebenarnya tidak sulit untuk bisa menghafal quran, 2 K yang kita butuhkan, komitmen dan komunitas”.

Pertama, syarat yang harus dipenuhi adalah komitmen, kuatnya tekad, minat dan keinginan untuk dapat hafal al Quran. Jika ini belum ada, maka perlu dibangkitkan motivasinya. Mengetahui fadhilah-fadhilah dari menghafal al quran, dll. Menghafal al quran juga harus dilandasi dengan niat yang ikhlas (hanya mengharap ridla Allah), jika kita tak ingin amal tersebut sia-sia.

Kedua, kita butuh komunitas. Sebagaimana fitrah manusia yang perilakunya dipengaruhi oleh lingkungannya, komunitas ini membuat kita dapat saling memotivasi, juga lebih konsisten dalam menghafal. Bergaul dengan para penghafal al quran juga dapat sangat membantu. Dengan berjamaah, yang berat pun kan terasa ringan. Seringkali sekuat apapun tekad, tanpa punya komunitas, akan mudah berguguran, karena kondisi semangat kita yang naik turun. Maka bentuklah komunitas itu, di rumah anda, organisasi, teman ngaji, teman sekolah/kuliah, kos-kosan, dll.

Saya pernah membentuk komunitas ini di asrama akhwat mahasiswa Beastudi Etos Unair yang pernah jadi tempat saya ‘numpang tidur’ sebagai pendamping asramanya. Saya ajak adik-adik asrama membuat kesepakatan untuk setoran hafalan setiap ba’da shubuh minimal 2 ayat per hari. Meski hanya 2 ayat, namun rutin, tak peduli hari itu ada ujian, banyak tugas, atau kesibukan lainnya, yang jelas apapun kondisinya (kecuali haid) harus setor hafalan 2 ayat. Subhannalah tidak lebih dari satu tahun, adik-adik Asrama yang ketika masuk, Al Humazah pun belum hafal, sudah nyaris menyelesaikan jus 29 nya. Alhamdulillah. (Adik-adik saya ini masih lucu-lucu loh, kebanyakan belum jadi akhowat aktifis yang gimana… gitu… ke kampus ada yang masih pake celana jeans, dan belum ‘berkaus kaki’.)

Terlepas dari 2 K tersebut, “Doa” mutlak kita butuhkan, agar Allah mudahkan kita dalam menghafal. Rajin mengulangnya (muraja’ah) di dalam sholat atau di luar sholat. Hindari maksiyat untuk menjaga hafalan yang sudah kita hafal.

Satu hal lagi, syarat penting yang harus kita penuhi sebelum semua itu, yakni harus sudah bisa baca quran dengan baik dan benar terlebih dahulu. Jika belum bisa baca, atau bisa tapi masih belum benar, ya belajar membaca dulu. Jika bacaan belum benar, selain menghafal umumnya akan lebih susah, akan sangat berbahaya juga karena dapat merubah arti. Sudah hafal tapi salah, ya parah… Karenanya dulu di asrama, saya juga membuat program kajian tahsin rutin dan bersifat wajib. Sorenya diwajibkan untuk para penghuni asrama untuk mengajar TPA di masjid dekat asrama.

Dan… pesan terakhir dari seorang yang baru bisa bercita-cita jadi hafidzah ini, “Ayo teman-teman, kita menghafal Al quran… Semangaaat!!!”

Satu pemikiran pada “Komitmen dan Komunitas

  1. assalamu’alaikum warohmatullaahiwabarokaatuh. setuju, ayo menghafal Qur’an mengikuti jejak nabi Muhammad dan para sahabat.

Tinggalkan komentar